Latto-Latto dan Kembalinya Era Mainan Jadul

 Akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023 ini, banyak isu dan tren baru yang mewarnai keseharian kita sebagai warga negara Indonesia. Salah satunya adalah mengenai permainan "jadul" bernama Latto-Latto yang menjadi sebuah tren di kalangan anak-anak saat ini, baik di kota maupun di desa.

Mainan latto-latto ini sudah ada sejak tahun 1960-an. Awalnya bola latto-latto dibuat dari bahan kaca, namun karena mudah pecah dan membahayakan, bahannya diganti dengan plastik. Beberapa model ada yang menggunakan kayu.

Konsep mainan latto-latto atau yang dulu dikenal juga dengan etek-etek ini sebenarnya cukup simpel. Hanya dua buah bola plastik yang disambungkan dengan tali, dan dimainkan dengan cara menggoyangkannya sehingga kedua bola itu bertumbukan dan menghasilkan suara khas. Permainan ini membutuhkan refleks dan ritme pergerakan tangan yang bagus agar gerakan bola latto-latto tetap terjaga.

Seperti hampir semua permainan tradisional lainnya, keberadaan latto-latto sempat tersingkir oleh adanya permainan elektronik atau video game yang lebih modern. Model baru permainan berbasis gadget yang lebih modern dan interakif ini sepertinya telah membuat berbagai permainan jadul yang seru tersebut hampir punah.

Namun, entah kenapa tren latto-latto bangkit kembali akhir-akhir ini. Permainan lawas satu ini menjadi buah bibir masyarakat, baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Di mana-mana suara berisik latto-latto bisa terdengar dari tangan para bocil. Suara yang sangat mengganggu, apalagi di malam hari. Namun, entah kenapa suara ini membuatku tersenyum.

Sudah menjadi hal umum selama bertahun-tahun bahwa video game menjadi standar permainan pertama dan utama saat ini, terutama di kalangan anak-anak. Keberadaannya menjadikan interaksi permainan anak-anak cenderung bersifat individualistis dan egois, bahkan hingga ke pergaulan yang cenderung toksik dan merujuk pada cyberbullying. Kita bisa melihat banyak orang tua yang mengeluh anaknya kecanduan main game bahkan hingga harus dibawa ke RSJ, atau kisah seorang anak yang nekat mencuri demi memenuhi hasratnya membeli voucher game. Intinya, video game sudah memberikan banyak dampak negatif.

Dengan munculnya tren latto-latto sebagai, anak-anak kembali merasakan betapa asyiknya permainan tradisional. Permainan yang objeknya bisa dirasakan secara fisik, bukan hanya dilihat di balik layar LCD yang merusak mata. Permainan yang bentuk interaksinya benar-benar merupakan komunikasi dan kontak fisik langsung, tidak disemukan melalui rangkaian angka, huruf, dan karakter khusus pada gamertag. Permainan di mana seluruh tubuh berkeringat, bukan hanya olahraga jari semata

 Suara etek-etek yang berisik tersebut sungguh melambangkan sorakan bahagia jiwa anak-anak yang lepas dari belenggu ketergantungan gadget. Sorakan yang juga menginspirasi kita untuk lepas dari belenggu kekelaman tahun lalu menyambut tahun yang lebih baik. Happy New Year 2023!

Comments

Popular posts from this blog

(Minecraft) Review Shader Terbaik MCPE No Lag untuk HP Kentang

(Minecraft) Cara Membuat Large Modern Mansion (Rumah Modern Besar)

(Minecraft) Membuat Ruangan Kantor Modern