Fight Against Ego and Drive Your Life Back
Ada peribahasa yang mengatakan, "Musuh kita yang sebenarnya adalah diri kita sendiri." "Tidak seberapa sulit kita melawan musuh saat peperangan, lebih sulit mengalahkan diri sendiri." Ini menegaskan bahwa perjuangan melawan diri sendiri itu sangat sulit. Bahkan belum tentu seorang pejuang yang pemberani mampu melawan diri sendiri.
Mari kita luruskan pendapat kita mengenai hal ini. Pertama, sebenarnya bukan diri kita yang kita lawan, melainkan ego kita. Kedua, kita melawan ego bukan untuk menaklukannya, tetapi, untuk berdamai dengannya. Mari kita bahas satu-persatu.
Menurut Wikipedia, ego adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep tentang diri, diatur oleh prinsip realitas dan ditandai oleh kemampuan untuk menoleransi frustrasi. Ego sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu yang positif dan negatif. Nah, ego yang harus kita lawan tentunya yang negatif, ya.
Ego yang negatif itu contohnya mencari pembenaran untuk diri sendiri walaupun salah, mencari keuntungan yang hanya menguntungkan satu pihak, dan masih banyak lagi. Ini adalah perilaku yang buruk, bahkan dipandang sebagai dosa dalam aliran agama.
Ego yang buruk itu tentu harus kita lawan. Tentu melawannya tidak mudah. Sebenarnya ego buruk itu sama seperti racun atau asam yang harus dinetralkan atau itu akan berakibat buruk baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Caranya dengan mengambil alih kemudi atas diri kita sendiri.
Ibaratnya begini. Kamu dan si ego akan memutuskan untuk pergi berkendara dengan mobil. Pada awalnya, si ego yang menyetir. Tetapi dia pengemudi yang buruk sehingga dia menyetir ke arah yang salah. Kamu berusaha mengingatkan bahwa arahnya bukan ke sana, tetapi si ego itu memberontak. Sontak saja kamu dan si ego bertengkar berebut setir. Ada dua kemungkinan yang terjadi dalam skenario ini.
Pertama, kamu mengalah dan membiarkan si ego menyetir. Mungkin si ego akan membawamu ke tujuan yang salah. Akibatnya bisa saja mengalami kecelakaan dan dirimu, mobilmu, maupun orang-orang yang ada di sekitarnu mengalami kerugian.
Kedua, kamu bertarung mati-matian untuk merebut kemudi. Kalau kamu berhasil melakukannya, kamu akan berbalik arah melalui tujuan yang aman. Tetapi kamu tentu tidak dapat membiarkan si ego menangisi kekalahannya. Kamu pun menghiburnya dan menyatakan perdamaian dengannya. Akhirnya, kamu berdua akan menuju tujuan yang aman.
Dalam skenario di atas, mobil yang kamu kendarai melambangkan dirimu yang menempuh jalan kehidupan dan juga seluruh kerja keras yang kamu bangun. Kalau kamu biarkan ego buruk itu menguasai hidupmu, maka akan banyak menimbulakn kerugian. Tetapi, apabila kamu berdamai dengan ego itu meskipun telah bertarung mati-matian melawannya, kamu telah mengubah ego negatif itu menjadi positif dan itu pun akan menguntungkan dirimu.
Sekian dari saya. Semoga karya sederhana ini menginspirasi kalian. Terimakasih.
Comments